Dendam atau Marah bukanlah sikap yang dapat menyelesaikan masalah. Bahkan bisa jadi, ini justru akan membuat permasalahan bertambah rumit. Menyiksa diri memecahkan persatuan dan melemahkan ikatan ukhuwwah.
Menjadi pribadi yang mudah menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Namun, justru hal itu merupakan buah dari keimanan dan ketaqwaan yang sangat dicintai Allah SWT. Sebuah sifat yang WAJIB ada dan diihtiarkan oleh seorang yang mengaku bertaqwa kepada Allah swt.
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“…dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS: Ali-Imran [3]: 134).
Memang dalam syariat Islam diperbolehkan untuk menuntut balas terhadap kejahatan yang ditimpakan kepada kita dengan balasan yang serupa. Namun memaafkan merupakan sikap yang jauh lebih baik dan lebih mulia daripada membalas kejahatannya meski dengan balasan yang serupa.
وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS: asy-Syura [42]:40)
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (QS: asy-Syura [42]: 43).
Al Qur’an secara tegas dan terang-terangan menjalin kriteria calon penghuni surga dengan mensyaratkan umat Islam untuk menahan amarah dan memaafkan. Ini merupakan penegas bahwa menahan amarah hanya dapat dilakukan apabila ada kesiapan hati untuk memaafkan.
Demikian juga sebaliknya, seseorang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain akan menjadi penyebab dirinya tak mudah melampiaskan amarah. Pribadi yang menahan amarah dan memaafkan telah dijanjikan surga. Mereka tak hanya disukai oleh Allah SWT dan sesama manusia, namun juga malaikat-Nya.
Pemaaf memang bukan sifat instan pada diri manusia, sederhananya pemaaf adalah sifat yang tumbuh dalam diri seseorang ketika orang tersebut telah terbiasa melatih dirinya secara rutin dan terus-menerus untuk dapat memberikan maaf dan juga meminta maaf. Membiasakan diri untuk menjadi orang yang pemaaf, menciptakan pula kebiasaan diri untuk selalu dapat memaafkan. Memaafkan bukanlah sesuatu yang aneh dalam kesehariannya. Menjadi orang yang pemaaf juga dapat mengantarkan kita kepada ketenangan hidup, kebahagiaan, dan teman yang banyak.
Berikut ini adalah tips dan cara membina diri menjadi pribadi pemaaf :
1. Pahami tentang Sifat Allah sebagai Maha Pemaaf. Allah Swt saja adalah pemaaf, kenapa kita sebagai hamba-Nya tidak berusaha menirunya. Memang semuanya butuh waktu tetapi yang menjadi penting adalah tidak ada istilah “tiada maaf bagimu”.
2. Pahami tentang Manusia atau diri kita sendiri. Adakah manusia yang tak luput dari dosa dan kesalahan? dengan mau memikirkannya maka akan muncul sifat bahwa manusia itu memang tempat salah dan dosa termasuk kita sebagai pelakunya. Jadi hal yang wajar, ketika orang sudah meminta maaf karena telah menyesal maka tidak ada kata lain manusia beriman harus memaafkan.
3. Mengingat-ingat kebaikan orang lain dan lupakanlah kebaikan yang pernah kita lakukan terhadap orang lain. Jika kita menjadi sangat marah dan benci, coba silahkan ingat-ingat adakah kebaikan-kebaikan yang terjadi masa sebelumnya. Ini adalah salah satu cara untuk melembutkan hati
4. Mengingat-ingat keburukan kita terhadap orang lain dan lupakanlah keburukan yang pernah dilakukan orang lain terhadap kita.
5. Memendam bara amarah atau dendam hanya akan menimbulkan masalah baru termasuk penyakit kesehatan. Karena kesehatan sangat dipengaruhi psikologi, dengan cara pikir dan bagaimana menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya.
6. Berpikirlah kedepan, jangan berpikir pendek. Manusia bisa berubah, maka tinggalkan tergesa-gesa dalam menyikapi sesuatu.
7. Selalu BERDOA diberikan kelapangan hati sehingga memudahkan usaha kita semua
Menjadi orang yang pemaaf juga dapat mengantarkan kita kepada ketenangan hidup, kebahagiaan, dan teman yang banyak. Coba pula kita lihat apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Saw., beliau bersabda bahwa apabila kita ingin menjadi pemaaf, maka ingatlah dua perkara dan lupakanlah dua perkara. Perkara-perkara yang beliau maksud adalah: Pertama, mengingat-ingat kebaikan orang lain dan lupakanlah kebaikan yang pernah kita lakukan terhadap orang lain. Kedua, mengingat-ingat keburukan kita terhadap orang lain dan lupakanlah keburukan yang pernah dilakukan orang lain terhadap kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar